Berawal Dari

Berawal Dari…




Faira namanya, perempuan yang aku kenal dari dunia maya yang  namanya langsung melesat kedalam hatiku. Aku dan dia bisa dibilang menyukai korea, tepatnya saat diriku menjadi admin sebuah grup di facebook, iya siapa yang tidak kenal boyband SNSD?.  Saat aku menemukannya di kotak ajaib tersebut membuat hidupku berubah drastis. Aku memutuskan untuk berteman dengannya di Facebook.
Aku memutuskan untuk membuka perkenalan diantara aku dan Faira. Dimana ruang tersembunyi chatroom, hanya aku dia dan Tuhan yang tahu perkenalan kami. “Hai, kamu suka SNSD juga iyaa?, kenalkan nama saya Andre.” Entah kenapa rasanya begitu berat menekan tombol enter dalam hatiku, tapi iya aku sudah terlanjur menekan tombol enter. Tiga puluh menit kemudian ada balasan dari perempuan manis yang sekarang membuatku mabuk kepayang. “Hai juga salam kenal, iyaa kok tahu sih?. Hatiku bergetar hebat dibuatnya, membuatku candu akan cinta yang telah terlanjur tumbuh dalam hatiku, tapi apakah dia mempunyai perasaan yang sama terhadapku?.
Semakin hari aku dan dia semakin akrab. Kita membicarakan banyak hal dari mulai music, film, agama dan banyak hal. Aku jadi semakin mencintainya, ia lebih banyak tahu tentang banyak hal, jujur saja aku malu terhadapnya. Laki-laki macam apa aku, mungkin aku memang tak pantas untuk perempuan semacam Faira. Apa ia mencintaiku seperti yang kurasa saat ini kalau tidak, apakah ia akan tetap akrab seperti ini atau mungkin ia akan menjauh dariku?, mungkin lebih baik aku simpan dalam-dalam hatiku, aah sudahlah tak usah dilanjutkan.
            Aku mungkin terlalu pengecut bagimu untuk mengatakan cinta. Aku bukanlah sang penyair yang dapat membuat sajak yang indah untuk didengar dan dibaca. Aku hanyalah orang “asing” yang masuk kedalam hatimu, tapi suatu saat kau akan tahu ketulusan cinta yang aku punya kuberikan hanya untukmu seorang wahai bidadariku.
            Hingga suatu hari kamu mengirimkan sesuatu padaku dichatroom.
            “ Hai Ndre, besok datang iya ke acara lamaran aku.”
            “ Ciee lamaran, okay aku datang kok, dimana  emangnya lamarannya? hehe.”
            “ Haha sip pokoknya ditunggu, aku kirim foto denah alamat rumahku iyaa hehe.”




Jujur saja aku syok berat mendengar berita tentang lamaran bidadariku. Mungkin lebih baik aku pergi dan menyerah pada perasaanku yang baru pertama kali kurasakan. Akulah laki-laki yang sampai saat ini belum pernah menyatakan cinta pada perempuan termasuk Faira perempuan yang sampai saat ini dicintainya bisa dibilang cinta yang tak terungkap.
Hari lamaran
Aku hanya terdiam melihat kamu dengan cantik yang kamu pancarkan dalam hatimu, aku mengenalkan diri padamu bahwa akulah Andre. Kamu hanyalah tersenyum manis mengenalkan diri, kamu membuat hatiku meleleh ketika melihat dirimu. Aku datang ke acara lamaran kamu karena aku ingin melihat kamu bahagia meski dengan orang lain bukan denganku. Acara lamaran tiba-tiba kacau ternyata laki-laki yang ingin melamar Faira mengalami kecelakaan dan dalam keadaan meninggal. Aku melihat dari kedua bola mata Faira yang mencoba menahan airmata, tapi tidak terbendung lagi dan Faira pingsan. Entah kenapa aku mencoba membawa dia kerumah sakit bersama kedua orangtuanya.
Di rumah sakit
“Faira dimana?, dimana Ali?.”
“ Kamu dirumah sakit nak, Ali sudah dikuburkan nak.”  ibunya  menjawab dengan serak.
“ Faira mau kesana bu, ini mimpikan ibu? “  sambil berteriak menahan amarah di hati.
“  Nak, kamu istirahat dulu, kamu kecapean, kalau udah boleh pulang kita kesana.”
“ Faira yang tabah iya, aku turut berduka, seharusnya ini hari bahagia kamu.”
“  Iya makasih Ndre udah nyelamatin Faira.”
“ Aku pulang dulu iya Faira.”
Antara senang dan sedih yang kurasakan, disatu sisi hatiku senang karena ia tidak jadi lamaran, tapi disisi yang lainnya aku sedih melihat dia murung dan sekarang kami jarang bertegur sapa di chatroom facebook.  Tak ada lagi canda tawa diantara kita lagi, tak ada percakapan yang menarik lagi bagimu aku hanya menjadi angin untukmu.
Faira yang tabah iya, kamu bisa kok lupakan sosok Ali.
Kamu pikir gampang melupakan seseorang yang dicintai?



Disitu aku hanya bisa terdiam, baru kali ini aku melihat Faira marah dan semenjak peristiwa itu aku dan dia tak pernah  bertegur sapa lagi.
“Seandainya kejadian ini tidak terjadi pasti tidak akan seperti ini.” sambil mendoggakkan kepala keatas melihat langit yang dipenuhi awan.
“ Ndre yang tabah iya, kalau ia memang jodoh kamu pasti ia akan kembali padamu.” Arline sahabat baik Andre menasehatinya.
“ Tumben kamu Lin bijak banget biasanya jawaban kamu ngasal, tapi bener juga haha.”
Sudah berbulan-bulan aku berusaha melupakan Faira, tapi apadaya pikiranku kini hanya tertuju pada Faira sang bidadari yang membuatku merasakan yang namanya jatuh cinta, tapi entah mengapa aku percaya pada kata-kata sahabatku Arline dimana kalau memang Faira jodohku ia akan kembali padaku, rasanya seperti kalimat ajaib yang membuat semangatku membara kembali karena pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sampai kematian menjemputnya. Aku suka kata-kata itu, tapi masih ada kejanggalan yang tak bisa kujawab mungkin waktu yang akan mempertemukan kita kembali, tapi semoga dihatimu ada ruang untuk memaafkanku saja.
“ Fai, maafkan atas bicaraku waktu itu, aku bukan bermaksud ingin menyakitimu. Tolong aku hanya ingin kamu memaafkanku saja, apabila kamu sudah memaafkanku aku akan pergi menjauh darimu.” Sambil mengkerutkan kening berusaha untuk tetap dewasa walau hati berkata tidak ingin pergi menjauh sebab Faira adalah seorang perempuan yang istimewa bagi Andre.
Tak pernah ada balasan dari Faira, “mungkin aku hanya angin.” Jawab Andre lirih.
“Ndre kamu ga boleh ngomong gitu, iya mungkin aja Faira lagi ingin nenangin diri.”
“  Mungkin juga sih Lin, tapi…
“ Tapi apa Ndre?,  aku juga wanita.” Tiba-tiba Arline marah dan pergi tinggalkan Andre.
Andre dibuatnya terdiam, bungkam dan mematung bagai patung. Setelah Faira, lantas Arline pergi meninggalkan Andre sendirian tanpa seorang sahabat yang dapat mendengarkan keluh kesah dan cerita Andre,
“ tapi mengapa disaat aku sedih kamu menghilang?.” Andre memelas mengirimkan pada  chatroom di facebok Arline.
“ Kamu ingin tahu mengapa aku pergi meninggalkanmu Ndre? .” Arline menjawab sambil menahan air mata yang ditahan.


“ Karena dari dulu gue menyukaimu,tapi kau tak pernah pedulikan tentang perasaanku sampai sekarang perasaanku tetap sama padamu, ndre lu itu bagi gue lebih dari sahabat tapi apadaya sekarang lu udah tahukan sakitnya jatuh cinta, maaf aku harus pergi menjauh dari hidup lu .” Sambil menahan airmata yang sudah tak terbendung lagi tak kuasa mengetik huruf, mungkin ini saatnya pikir Arline.
Aku paham Arline, tapi aku anggap kamu sebagai sahabat, ga lebih Arline, maafkan aku jika aku menyakiti hatimu, iya aku sekarang paham sakitnya jatuh cinta yang kau rasakan, mungkin rasa sakit ini sebagai pembelajaran bahwa tak selamanya yang dicintai itu menyukai kita, iya maksudnya aku belajar tentang keikhlasan, dan Tuhan sedang menyiapkan rencana yang indah buat seseorang yang belajar keihlasan tadi dengan seseorang yang lebih baik lagi. Akupun harus begitu melupakan semua tentang Faira yang entah dimana, tak pernah ada kabar lagi tentangnya,tapi bila dia jodohku ia akan kembali padaku, sebaliknya jika ia bukan jodohku aku akan rela untuk melepasia dan aku akan terus berdoa agar ia bahagia meski tak bersamaku”
Hingga pada suatu hari ada sosok perempuan yang sepertiku kenali dan ternyata ia adalah Faira ia sedikit merubah penampilannya, ia sekarang agak tinggi dan ia tidak memakai polesan bedak atau semacam alat dandanan yang tidak kumengerti. Ia sungguh cantik, kecantikannya ada dalam hatinya, tutur katannya dan sikapnya. Pujiku dalam hati
“Maafkan aku soal lamaran itu.” aku mengucapkannya dengan terbata-bata.
“ Iya justeru aku yang seharusnya minta maaf padamu ndre seharusnya saya tidak bersikap seperti itu aku udah memaafkanmu kok, kamu maukan memaafkanku? .” Kemudian hening hanya suara burung yang bersiul menemani percakapan aku dan Faira.
“ Iya mau dong Fai, apakabarnya Fai sekarang?. Entah kenapa terlintas pertanyaan itu dalam benakku.
“ Alhamdulillah baik kok ndre, kamu sendiri gimana kabarnya?”Tanya Faira padaku
“ Hidupku sangat kacau Fai, tapi… “
“ Tapi apa Ndre? “ Faira bertanya lagi
Kriing, Kriiing hape Faira berbunyi membuat aku harus tetap berdiri disini, tak mudah memang melupakan seseorang yang kucintai kini berada didepanku. Entahlah kenapa Tuhan mengirimkan ia kembali padaku?, aku mungkin tak pernah berani menyatakan cinta, karena aku takut perasaan itu membuatku hancur berkeping-keping, aku tak ingin menyakitimu dengan perasaan aneh yang tak pernah kumengerti, mungkin biarlah waktu yang menjawab apakah ia akan tetap sabar menanti ataupun ia akan melangkah pergi menjauh dari kehidupanku, pikir Andre dalam hati kecilnya

Lamunan itu dibuyarkan oleh Faira, yang sedikit sedih ketika sudah menerima telepon entah dari siapa, mungkin dari cinta barunya itu.
“Ndre, aku harus pergi maaf.” Sambil menahan airmata menatap langit yang elok.
Aku sulit berkata-kata hingga akhirnya punggung Faira menghilang begitu saja dihadapanku.  Seandainya ada sedikit saja keberanian untuk memanggilnya, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Sesal Andre dalam hati.
Akhirnya aku lebih memilih menyibukkan diri bekerja sebagai chef di salah satu restoran yang sederhana, bersih dan kalau bisa dibilang harganya terjangkau untuk semua kalangan, sehingga restoran itu terbilang ramai, apalagi saat malam hari bisa membuat tanganku capek, tapi tak mengapa ini semua kulakukan agar tak ada celah mengingat masa itu, bisa dibilang indah, ataupun bisa dibilang sangat menyakitkan.
Sudah setahun lamanya aku bekerja di restoran itu,  tapi saat itu ada hal yang menegangkan bagiku, membuka luka lama yang pernah hadir dalam hidupku tepatnya ketika seseorang itu hadir yang mirip dengan Faira sewaktu aku bertemu pertama kalinya namanya Fayna. Entah apa yang harus kulakukan, aku bingung, tanya hati kecil Andre.
“ Hai semua, perkenalkan namaku Fayna, bisa dipanggil Fay, mohon kerjasamanya.”
Setiap kali kutatap Fayna ia terlihat seperti Faira, entah kenapa semua kejadian itu begitu cepat, membuat luka lama itu hadir dalam ingatan, apakah ia cinta sejatiku ataukah ia hanya kebetulan hanya mirip Faira?, pikir Andre dalam hatinya.
“ Ndre, ini gimana caranya aku agak tidak mengerti? ” Berkata Fay.
“  Ini tinggal ditambahkan sedikit santan.” Andre menjawab dengan sikap dingin.
“oh iya makasih loh ndre.” Sambil tersenyum riang terhadap Andre.
“ Sama-sama.’ Dijawab dengan ketus oleh Andre.
Ketika pulang kami tak sengaja bersitatap dan bertemu ditaman, seperti biasa perempuan itu membuka pembicaraan
“ Ndre, gue boleh nanya sesuatu sama lu? ” Fay berkata agak terbata-bata.
“ Boleh mau ngomong apaan emangnya , sambil menatap langit yang sedang bersinar oleh bintang-bintang di angkasa raya.
“  Sebenarnya gue aneh deh kenapa lu natap gue. “

“  Apaan gr banget lu”.  Jawab Andre tak acuh.
 “ hmhm, maaf kalau udah bikin kamu marah aku tak bermaksud begitu sekali lagi maaf”. Fay menjawab agak serak berusaha mengeluarkan suaranya yang ceria.
Semenjak peristiwa itu Fay menjadi pendiam dan tingkah lakunya tidak seperti biasanya, kalaupun berbicara denganku seperlunya saja tidak berlebihan.
Saat malam tiba, aku terdiam dikamarku yang penuh dengan beberapa buku tebal yang kusuka, rembulan menghiasi malam itu mengingat kembali tentangmu yang entah dimana, dan bahwa seseorang direstoran itu mirip kamu, tapi debaran yang kurasa tidaklah sama seperti yang kurasakan padamu, kamu dan ia berbeda satu sama lain, karena aku tetap mencintaimu sejauh apapun kamu pergi, setidaknya cinta sejati pasti akan kembali lagi sampai maut memisahkan kita, dan kata-kata itu terlintas dalam relung hatiku yang paling dalam.
Pagipun tiba begitu cepat, rasanya terlalu malas kesana jika perempuan yang bernama Fayna berada dalam ruang yang sama, pinta andre dalam hati. Di pagi hari tak seperti biasanya langit yang cerah burung-burung dan kupu-kupu bertebangan, ada yang ganjil memang, tapi aku sungguh tak mengerti. Ternyata ditempatku bekerja, tak seperti biasanya Fayna tidak hadir. Hal itu membuatku senang tak terkira.
“Ghoz, seneng deh ga ada Fayna si berisik itu haha.”  Andre tertawa riang menepuk teman kerjanya saat jam istirahat tiba.
“Apaan sih lu diem deh, justeru gue sedih.” Menjawab agak pelan
“ Sedih, jangan-jangan lu suka sama si berisik itu iya? “ Andre menjawab dengan nada menggoda sahabatnya.
“ Diam deh lu berisik banget sih mentang-mentang ga ada Fay. “
Dari kejauhan terlihat pengunjung yang sedang memanggil pelayan entah itu ilusi ataupun bukan, Faira berada dibangku kedua, terlihat jelas bahwa itu memanglah Faira, perempuan yang dicintainya sampai saat ini, tapi ketika kulihat ada salah satu laki-laki didepannya, membuatku bungkam untuk mengunjungi meja kedua tersebut, Faira dan laki-laki tersebut sepertinya sedang berbicara serius, mungkin sedang berbicara lamaran ataupun pernikahan, iya mungkin aku terlalu cemburu padanya, hati kecil Andre berbicara.
Laki-laki itu sungguh gagah, bisa dibilang aku memang kalah soal kegagahan tapi entahlah hati kecilku tetap menyakinkanku untuk melupakan Faira, tapi debaran ini masih terlalu kencang saat Faira tepat berada dibangku itu, sehingga salah satu sisi dihatiku menyakinkan bahwa ia adalah cinta sejatiku.


Hingga pada akhirnya, laki-laki itu memanggil manajer karena ingin tahu siapa dalang yang memasak makanan itu dan aku disuruh kesana, aku bingung dan terlalu takut untuk menemui mereka mungkinkah mereka akan segera menikah ataukah hanya pikiranku saja.
“ bolehkah aku bertanya sesuatu?”
“ iya, ada apa? Aku berbicara terbata-bata
Eh ndre, kamu yang jadi koki disini?
“ hmhm iya kok Faira, makan disini
“  Iya ndre, kenalkan ini Johan, Jo ini Andre”
“Saya rencananya mau nikah, terus makanannya disini direkomendasikan dengan kelezatannya yang luar biasa tiada duanya,  boleh tidak kamu masak untuk pernikahan saya?”
“Saya bicarakan dulu dengan manajernya”
Okay sip kalau sudah dibicarakan hubungi saya iya, terimakasih atas waktunya mas “ Laki-laki itu sambil menyerahkan selembar kertas bertuliskan nomor handphone.
Aku dibuatnya bingung bukan kepalang antara sakit hati untuk kedua kalinya dengan orang yang sama dan sebagai chef yang menyukai dan mencintai makanan juga pikiranku yang semrawut karena kehidupan yang sangat kejam membuatku kembali menikmati pahitnya hidup yang berkepanjangan, hingga tanpa sadar hari sudah semakin larut jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam hingga akhirnya mata terpejam ketika tidak dapat menahan kantuk yang menbuatku lupa akan sakit hati yang dirasakan.
Keesokan harinya…
Laki-laki itu datang lagi, mengunjungi restoran dimana aku bekerja, hanya bedanya laki-laki itu terlihat rapih mengenakan baju kotak-kotak berwarna kecoklatan dan celana hitam dan disampingnya ada perempuan lain bukan Faira. Perempuan itu mengenakan baju coklat dengan rambutnya yang panjang.
Aku harus mengatakan apa pada Faira, mungkin Faira tidak percaya dengan apa yang kulihat dan untuk pertama kalinya aku meminta pertolongan Fay karena Ghoz sedang sakit sehingga tidak dapat masuk kerja dan terpaksa aku meminta pertolongan Fay, tapi yang aku tidak suka ia mengajukan satu syarat apabila ingin mendapat bantuan dari Fay aku harus makan malam bareng Fay dengan sangat terpaksa aku harus memenuhi permintaannya demi cintaku pada Faira.


Fay benar-benar memenuhi janjinya, ia memberikan bukti-bukti berupa foto-foto  Johan bersama perempuan berambut panjang, bisa dibilang ia adalah perempuan yang pekerja keras dan aku salut dengan kerja kerasnya itu.
“ Ndre lu janjikan mau makan malam bersamaku” Fay bertanya penuh harap.
“ iya “ Aku menjawab agak malas.
Sudah lama aku tak membuka jejaring social satu ini, membuat aku kembali mengingat sebuah pertemuan yang berawal dari facebook, mengetik kembali sebuah nama yang harusnya kurelakan, tapi tiap aku ingin melupakannya, ia tetap hadir dalam ingatanku.
“ Faira, bolehkah kita bertemu, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu”
“ Boleh, dimana kita bertemu? “
“ Di tempatku bekerja, maaf mengganggu waktumu”
“ siaaap, tidak kok ini juga lagi santai saja.”
“ Maaf aku duluaan iyaa.” Aku tak kuasa mengetik tombol enter, tapi karena aku harus menepati janji maka dengan amat terpaksa aku tidak bisa berlama-lama dengan Faira.
Malampun tiba
“ Ndre “  Fay memanggilku di tempat café yang  dikunjungi.
“  Iya” Jujur saja aku malas berada di café itu apalagi bersama Fay.
“ Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu? “ Ia bertanya dengan terbata-bata.
“  Iya, tapi waktuku tidak banyak to the point saja “  Aku menjawab agak ketus.
“  Kenapa lu a pernah senyum ke gue sih, sekali saja aku ingin lihat kamu senyum “  Ia menjawab dengan patah-patah menahan airmata.”
“ hmhm “ aku mencoba menyusun kata-kata
“ Maaf, jika aku mengganggu hidup lu, tapi please aku ingin melihatmu tersenyum” Fay menjawab berulang-ulang kalinya.



“ Sebenarnya, perlu kamu tahu bahwa kamu itu mirip seseorang yang kucintai, tapi debaran yang kurasakan tidaklah pernah sama terhadapmu, maaf jika aku melampiaskan sakit hatiku padamu, aku tak ingin menyakiti hati siapapun, dan aku akan senyum seperti yang kau mau.” Aku agak menahan airmata yang keluar dari kedua pipiku.
“ Makasih atas makan malamnya, sekarang aku mengerti perasaan kamu terhadap perempuan yang kamu cintai itu, andaikan aku bisa memiliki seseorang yang sama sepertimu yang setia menunggu seseorang itu kembali lagi padamu. “  Fay tetap tersenyum meski dihati kecilnya terdapat sekelumit luka yang semakin dalam.
Harus kuakui Fay memang lebih kuat dariku soal sakit hati, aku jadi teringat ketika aku sakit hati, pikiranku sangat kacau balau, saat itu aku hanya mengurung diri dikamar, kalaupun menjawab pertanyaan seperlunya saja, dan sekarang aku tidak enak hati terhadap Fay selama ini sebab aku melampiaskan kekesalanku padanya.
Akhirnya aku berniat mengunjungi rumahnya dan bermaksud meminta maaf, tetapi semua itu sirna setelah terpasang bendera kuning. Aku tertunduk lesu saat masuk rumahnya, aku menyesal telah melampiaskan semua amarahku padanya
“ hmhm, pak boleh tahu siapa yang meninggal?” aku bertanya pada seorang bapak-bapak yang berada disebelahku.
“ Fayna”
“ Deg, deg, maafkan aku seharusnya aku tak bersikap seperti itu padamu”  
“ Nak andre, ini ada surat dari Fayna” Seorang ibu tiba-tiba memberikan surat padaku.
“  Iya makasih bu, yang tabah iya bu “
“ sama-sama, iyaa makasih atas perhatiannya.”








Dear Andre,
 Pertama-tama gue ucapkan terimakasih banyak, karena dari lu aku mengenal cinta iya walaupun gue ga bisa miliki lu karena lu suka sama seseorang yang kamu cintai yang katanya mirip denganku.
Kedua gue udah maafkan lu soal sikap lu sama gue kok, karena iya namanya juga manusia pernah khilaf, pernah salah, jadi maafkan aku jika gue ada salah sama lu. ^^
Ketiga gue selalu doain lu agar mendapat kebahagiaan dengan cinta sejati lu, walaupun begitu gue ikhlas melepasmu sebab cinta sejatimu adalah Faira.
Sekiaan dulu, makasih atas hidup yang sangat berarti ini, maaf kalau tiap hari bikin lu sebel.
Salam Fay

                                                                                                                              Fayna
Aku tak dapat menahan airmata lagi,  kusesali segala yang telah terjadi.  Tepatnya disampingku Faira menampakkan dirinya, memberikan saputangannya padaku dan debaran ini sangatlah kencang.
“ Ndre Fayna itu sahabatku, ia yang mengajarkan aku arti memaafkan, ia yang menyakiniku bahwa hidup ini tak seharusnya kamu benci ketika kesedihan menimpa.” Faira menghela napas panjang
“  Sejak kapan Fay jadi sahabatmu?, hmhm aku telah salah menilai sahabatmu dan kini aku telah menyesal.”
“ Kira-kira sejak kelas satu smp kita sahabatan dan dia cerita banyak tentang kamu akhir-akhir ini ndre, dan dia ingin aku terus menunggu seseorang, entahlah siapa orangnya.” Sambil melirikku.




“ Apa kamu tidak tahu bahwa Johan berselingkuh? ” aku hanya bertanya dengan muka penuh kepoolosan.
“ Haha dia itu sahabat sejak SMA Ndre lagian orang yang aku tunggu ada disebelahku”
“ Apabila ada yang datang melamarmu, apakah kamu mau bersama seseorang itu? Kata-kata itu terlontar begitu saja secara spontan.
“ Hmhm, aku mau kalau sama seseorang yang berawal kenalnya dari Chat fb dan  adminnya SNSD. “
“ Jaadi kamu? “
“  Stst, iya dari awal aku suka sama kamu iya karena ketulusan hati kamu, sebenarnya dari dulu aku mencarimu tepatnya saat aku sudah memaafkanmu dan saat hati sudah merelakan ia yang sudah pergi, hingga pada akhirnya aku bertemu kembali dengan  Fay sahabat smpku dan  akhirnya aku menemukanmu disini.”

-Tamat-

ditulis oleh: Sa'adah Nur Kamilah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 28 HAPPY SHOPPING

Kurma Buah Kecil Beragam Manfaat

Menjadi Sahabat Al Qur'an di Bulan Ramadhan